Senin, 24 Desember 2007

Mehalabiu

Samarinda “hore…. turisku datang”

Banjir……. Banjir…… Banjir…..!!!!

Ini kota yang setiap tahun jadi langganan banjir, (banjir kok langganan) banjir memang kurang ajar “kada tahu basa” ujar orang banjar, yang artinya tak tahu malu atau tak tahu aturan, kuranglebihnya begitu.

Sumber masalah adalah musim hujan, bila musim hujan datang pasti banjir berpesta. ‘pesta kok banjir’ mahakam setiap musim hujan selalu meluap, masalahnya, mulai dari hutan yang dibabat, sampah dibeberapa anak sungai yang membelah kota samarinda (terutama sungai karang mumus), itu dulu. Kemudian banyaknya rumah rakit alias rumah yang berdiri dipinggiran sungai mahakam membuat sempit aliran sungai ini. Tapi setelah semua masalah tadi selesai ternyata banjir masih saja datang sebagai tamu. Sebenarnya rakyat sudah tak mau menerima tamu ini dengan menutup pintu rumah rapat-rapat tapi banjir memang kada tahu basa, ia nekat datang dan rutin berkunjung tiap tahun. Coba yang datang itu turis, pasti ia memberi devisa yang tinggi, nah ini turisnya air berjuta meterkubik ya yang didapat bencana.

Usut punya usut, air tadi datang dari hulu yang sudah tak bisa menampung. Daerah resapan, yang terdiri dari hutan. Lenyap! Bagai sebuah pertunjuikan sulap. Perdetik hutan Kalimantan lenyap seluas 100.000Ha. menurut laporan Badan Perkiraan Nasional. Siapa tukang sulapnya? Tak ada yang tahu, walaupun ada yang tahu, dia bisa menghilangkan orang dengan hanya mengatakan “bim sala bim” maka hilang orang-orang yang tahu siapa mereka, entah mati atau hanya sekedar menjadi bisu. Kok seperti tuhan ya……

Kalau tuhan kan “ kun fayakun” (jadilah maka jadilah) apakah mereka tuhan, bukan juga…… sebab dibeberapa tempat mereka bisa diketahui, tangkap dan dipejarakan. Nah…. Sekarang siapa yang salah…..

Samarinda, ibu kota propinsi Kalimantan timur, masih berkutat dengan banjir. Persoalan yang tak selesai, oleh seorang yang hanya, memikirkan eksistensialis diri. Beberapa waktu yang lalu Balikpapan juga nyusul dengan banjir dan tanah longsor, apa sebab? Badan Perkiraan Nasional juga lagi mengira, mereka dan mencari alasan yang tepat.

Mari kita tunggu jawabannya apakah cuma sekedar perkiraan atau memang sebuah kenyataan dan saya yakin itu hanya sekedar kira dan reka. (jogja 25 des 2007) alisadlew.

किसःku

Aku dilahirkan disbuah rumah yang kala itu berada dijalan yang sempit, di sudut kota samarinda. Tepatnya awal puasa pada tahun 1984.

Aku pun tumbuh seperti anak-anak lain yang sepantaran denganku, diantaranya Dowi, Sutris, agung, wawan sate, budi, agus, dan msh banyak lagi yang ga bisaku sebutkan.

Kala itu aku masih tumbuh sama seperti teman-temanku yang sepantaran. sepulang sekolah, bukannya langsung tidur seperti apa orangtuaku perintahkan tapi malah pergi diam-diam nyelinap keluar rumah, untuk berkumpul bersama mereka, bermain, dan tertawa.

Hingga kami beranjak remaja, satu-persatu teman sepermainanku pindah dari lingkungan tempatku tinggal. Ya, mungkin dikarenakan tuntutan hidup yang makin sulit. Para orang tua mereka banyak yang telindas oleh kejamnya perputaran roda jaman, sehingga mereka menyinkir kedaerah yang lebih nyaman bagi keluarga mereka.

Sampai disuatu massa aku pergi meninggalkan kota kelahiranku, untuk mencari ilmu. Di kota seberang aku berjibaku untuk belajar, dan mencari jatidiri……..hehehehehe

Pada saat hijrahku kekota seberang aku menemukan hal-hal yang semuanya diluar bayanganku. Mulai dari pahit, Dari tidak punya uang, sampai dikhianati seorang teman. Tapi ada juga mendapatkan hal-hal manis,mulai dari cinta (so sweet), teman-teman yang bisa diajak bertukar pikiran, sampai bertarung bersama…… hehehehe….. emangnya masa pra kemerdekaan.

Locations of visitors to this page